Para perziarah memantabkan langkah meniti jembatan penghubung dari Dukuh Pandansari ke Dukuh Tambaksari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah lokasi makam Syekh Abdullah Mudzakir, Sabtu (16/6).
Makam Syekh Abdullah Mudzakir seolah berada di tengah laut. Belasan tahun lalu, daratan di sekitar makam Syekh Abdullah Mudzakir terendam rob akibat abrasi.
Jarak pemukiman di Dukuh Pandansari, Desa Bedono, dengan makam Syekh Abdullah Mudzakir sekitar satu kilometer.
Kedua tempat ini dihubungkan jembatan yang hanya bisa dilalui lewat cara berjalan kaki.
“Sebenarnya, tidak hanya saat Idulfitri kami ke sini (makam Syekh Abdullah Mudzakir), hari-hari biasa juga ke sini. Sebulan sekali,” tutur warga Purwosari, Dian, yang hari ini berziarah ke Makam Syekh Abdullah Mudzakir.
Dikutip dari tribunnews.com, penduduk setempat bercerita, sejak tahun 1997, beberapa dukuh di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, mengalami abarasi. Tak terkecuali di Desa Tambaksari.
“Tahun 2002, para penduduk Tambaksari pindah ke Desa Purwosari, ya karena abrasi, kampung mereka menjadi tenggelam,” jelas Nur Ali, warga Pandansari, Desa Bedono.
Uniknya, meski Dukuh Tambaksari terkena abrasi, Makam Syekh Abdullah Mudzakir tidak tenggelam.
Untuk mempermudah lalu lintas para peziarah, sejak tahun 2003 dibuat penghubung berupa jembatan kombinasi beton dan kayu.
“Beberapa waktu, di sini juga sempat pasang,” jelas Nur Ali.
Terlihat beberapa peziarah hari ini selain mengirim doa untuk ulama ini, juga mengabadikan momen senja di beberapa area saat menuju makam.
Matahari mulai tenggelam dan petang pun datang. Beberapa warga yang berziarah segera beranjak dari makam dan pulang.
Sumber: nu.or.id