Bagi para pemuda ingin yang menikah atau yang sudah menikah, mari sejenak kita renungkan firman Allah swt pada surat al-Taubah ayat 71:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Artinya :
“Laki-laki dan Perempuan yang beriman sebagian mereka (adalah) penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasuluNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkara lagi Maha Bijaksana.”
Dari ayat di atas dipahami bahwa Islam menempatkan peran laki-laki dan perempuan dalam porsi yang sama, tidak lah laki-laki lebih istimewa dari perempuan begitu pula sebaliknya.
Kalau pun ada perbedaan itu berpulang kepada mereka sendiri, perbedaan itu hanya terletak pada konsistensi terhadap upaya berbuat baik dan menghindari perbuatan jahat.
Dalam kehidupan keluarga misalnya, perlu adanya pembagian peran berdasarkan musyawarah antar suami dan istri. Pembagian peran tersebut diperlukan untuk melindungi keutuhan keluarga dan kebahagian anak.
Menarik untuk dilihat buku yang ditulis oleh Prof. Dr. Zakiah Drajat yang berjudul “Islam dan Peranan Wanita”.
Beliau menggambarkan betapa besarnya peran wanita dalam pembinaan jiwa anak. Penting untuk kita fahami bahwa pembinaan jiwa agama pada seseorang terjadi bersamaan dengan pembinaan kepribadiannya.
Untuk menumbukan pribadi anak yang patuh pada agama harus dimulai dari masa kecil, bahkan sejak masa kandungan.
Anak akan merekam semua apa yang dilakukan oleh orang tuanya, terkhusus ibu, karena ibu merupakan orang yang paling dekat dengan anak, hal ini ditandai dengan peran ibu mengandung dan menyusui.
Ibu Zakiah Drajat yang dikenal sebagai psikolog pendidikan mengatakan bahwa akan tampak perbedaan anak yang sejak kecil telah dilatih agama pada usia dewasanya.
Ia akan mudah menikmati hidup dan patuh dalam menjalankan agama, tanpa perlu alasan.
Sebaliknya anak yang tidak didik dari kecil, dewasanya akan acuh tak acuh terhadap agama, walaupun ia mengerti agama.
Saat ini banyak orang yang mengerti hukum agama, tapi tidak “mampu” menjalankannya dengan baik.
Untuk itulah peranan ibu dalam pembentukan jiwa anak sangat menentukan. Sebab anak adalah peniru yang baik bagi ibunya.
Sumber: bincangsyariah.com