Disebutkan dalam kitab Tahdzibu At Tahdzib karya Imam Ibnu Hajar, ketika menulis sejarah Imam Ali bin Musa Ar Ridha disebutkan:
Kubur Imam Ali bin Musa ar Ridha telah diziarahi oleh banyak Ulama’ dan Masyayikhu as sunnah, diantaranya adalah Imam besar Ahli Hadits [yang benar-benar Ahli dalam bidang Hadits] Ibnu Khuzaimah.
(Ibnu Hajar, Tahdzibu At Tahdzib: 7/339)
Disebutkan dalam kitab At Tsiqat karangan Ibnu Hibban ketika mengomentari kubur Al Imam Ar Ridha sebagai berikut:
”Saya telah mengunjungi kuburannya berkali-kali. Bahkan ketika saya mengalami kesulitan di Thus, saya datang ke kuburnya dan saya berdo’a kepada Allah agar dihilangkan kesusahan itu. Maka hilanglah kesulitan-kesulitan itu”.
(Ibnu Hibban, At Tsiqat: 8/457)
Disebutkan dalam kitab Tarikh Baghdad Karya al Imam al Hafizh Abu Bakr Ahmad bin Ali; yang lebih dikenal dengan al Khathib al Baghdadi (w 463 H), sebagai berikut:
”Al-Khatib al Baghdadiy ketika menulis tentang Kubur Salman al Farisi berkata: Dia [Salman Al Farisi] ikut dalam fath al Madain sehingga meninggal disana. Kuburannya sekarang masih ada di dekat Iwan Kisra. Saya telah melihatnya dan mengunjunginya beberapa kali”.
(al Khathib al Baghdadi (w 463 H), Tarikh Baghdad: 1/163)
Disebutkan dalam kitab Masyahiru Ulama’ al Amshar karya Ibnu Hibban
Ibnu Hibban ketika menulis tentang Seorang Shahabat nabi Abu Darda’ al Anshari: Dan kuburnya di bab as Shaghir Damaskus yang telah masyhur dan banyak diziarahi, saya telah menziarahinya berkali-kali.
(Ibnu Hibban, Masyahiru Ulama’ al Amshar: 322)
Disebutkan dalam kitab Thabaqat As Syafiiyyah karya Ibnu Qadhi Syuhbah sebagai berikut:
Abu Bakar bin Muhammad ketika menuliskan biografi Ahmad bin Ali Al Hamdani berkata: Berdo’a di kuburnya termasuk mustajab. (As Subki, Thabaqat As Syafi’iyyah)
Sebaimana disebutkan dalam kitab Siyaru a’lami an Nubala’ karya Ad Dzahabi sebagai berikut:
do’a di kuburnya termasuk mustajab.
(Ad Dzahabi, Siyaru a’lami An Nubala’: 17/76)
Disebutkan oleh ad Dzahabi dalam kitab Siyaru a’lami an Nubala’ ketika berbicara tentang biografi Abu al Hasan Ali bin Humaid ad Dzahli:
Dia seorang yang bertakwa, ditabarruki kuburnya.
(Ad Dzahabi, Siyaru a;lami an Nubala: 18/101)
Disebutkan juga dalam kitab Takmilatul Ikmal karya Al Hafidz Abu Bakar Muhammad bin Abdul Ghani al Baghdadi dalam menyebutkan biografi Sa’id bin Abi Sa’id Al Jamidi :
Sa’id bin Abi Sa’id dan bapaknya adalah seorang Syeikh yang shalih. Ditabarruki kuburnya, terkenal akan kezuhudannya.
(Al Hafidz Abu Bakar Muhammad bin Abdul Ghani al Baghdadi, Takmilatul Ikmal: 2/331)
Ad-Dzahabi dalam kitab siyaru a’lami an Nubala’ berkata dalam biografi Abu al Hasan ali bin Humaid ad Dzuhali:
Dia seorang yang wara’ dan ditabarruki kuburnya.
Ibnu Khallikan menulis dalam kitabnya Wafayatul a’yan ketika menulis biografi Ibnu Faurik:
Dia dikuburkan di al Hiirah, masyhadnya banyak diziarahi, istisqa dengannya dan diijabahi do’a disana.
(Ibnu Khallikan, Wa fayatul A’yan: 4/272)
Ibnu Al-Ammad al Hanbali dalam kitabnya Syadzaratu Ad Dzahab ketika menuliskan biografi al Hafidz Shubhi bin Ahmad at Tamimi
”Berdo’a di kuburnya termasuk mustajab”.
Sebagaimana Ibnu Ammad ketika menuliskan biografiAbu Ja’far bin Musa Abdul Khaliq bin Isa, Seorang Syeikh dari madzhab Hanbali:
Para manusia berdiam diri di kuburnya, mereka bermalam disana setiap malam Rabu dan mengkhatamkan al Qur’an beberapa khataman.
Sebagaimana Abu Ya’la al Hanbali dalam kitabnya Thabaqat Al Hanabilah ketika menuliskan biografi Abu al Hasan bin Ali bin Muhammad al Baghdadi:
“Dia meninggal tahun 467 atau 468, kuburnya banyak didatangi dan ditabarruki”.
Sumber: anshoridahlan